Suatu hari seorang teman bertanya, “apa yang bikin kamu (pergi) ke psikolog?”. Saya merespon, “because I need it”.
Ternyata bertahun-tahun kemudian, sering melakukan sesi dengan psikolog, coaching – (you read it right, every coach in this world, need to have a coach as well), dan kegiatan mindfulness lainnya, saya mengalami pergeseran makna.
Saya memang butuh sesi-sesi tersebut. Betul.
Saya menyadari, sekarang…
Sesi-sesi personal tersebut membuat saya merasa special.
Saya merasa dilihat secara utuh, tanpa merasa dihakimi.
Saya merasa di dengarkan dan di dukung.
Saya juga merasa di validasi emosinya.
Bahkan di beberapa sesi, saya merasa miliki partner untuk diskusi,
Beberapa tahun lalu, saya ingat menjadi klien di sebuah sesi terapi Access Bars – terapi sentuhan di 32 titik yang ada di kepala.
Di sesi tersebut, selama durasi 60 menit, saya hanya menangis, karena butuh ruang untuk menangis. Ada rasa nyaman karena di temani, ada rasa special, fasilitatornya hanya ada untuk saya selama 60 menit, tubuh saya rasanya rileks sekali – emosi kalau ditekan akan tersimpan di badan lho, seperti yang ditulis oleh Bessel van der Kolk.
Sejak kejadian sangat personal itu, saya semakin menyadari, sesi personal 1 on 1 memang private dan menjadi ruang yang intim untuk klien berbagi, di dukung, di dengarkan, ditemani.
Apabila kamu membutuhkan sesi personal, someone to talk with, someone supportive to support you, a strategic partner, you can book a session with me.
Saya merasa dilihat secara utuh, tanpa merasa dihakimi.
on a Personal Session
Saya merasa di dengarkan dan di dukung.
Saya juga merasa di validasi emosinya.